Sampai dengan saat ini, petani berumur di atas 40 tahun masih mendominasi di dunia pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan, tahun 2016 di beberapa daerah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur; umur petani paling muda adalah 35-40 tahun. Bahkan sejak dahulu, anak-anak sering diajarkan supaya jangan jadi petani. Rupanya, presepsi bahwa petani itu miskin, tidak keren dan kotor nampaknya masih melekat di sebagian orang.
Perlu dipahami bahwa ketiadaan mereka yang muda membuat pertanian tidak mengalami kemajuan, sementara kebutuhan pangan terus meningkat. Orang tua cenderung tidak terbiasa dengan inovasi baru, hanya beberapa dari mereka yang berusaha mendapatkannya.
Hari ini, jika Anda melakukan survey, Anda akan mendapati kenyataan bahwa sudah banyak anak muda yang ambil bagian dari dunia pertanian. Sudah banyak petani muda yang bisa dijumpai di lapangan dan mengaku menyukai pertanian. Saat ini sedang terjadi proses transisi, dengan harapan transisi ini terus berjalan hingga pertanian muncul sebagai suatu pekerjaan high class dan pantas untuk dikejar.
Harus diakui, faktor penarik perhatian muda mudi ke dunia pertanian adalah teknologi. Petani ke lahan dengan drone, bekerja sambil memegang smartphone, mengenakan seragam keren, alat-alat pertanian canggih dan teknologi pertanian lainnya yang makin bermunculan membuat pertanian makin diminati. Mereka yang muda memiliki kemampuan penuh untuk menyesuaikan diri, berinovasi dan bekerja bersama teknologi-teknologi ini. Tidak bisa lagi orang menyebut pertanian sebagai sesuatu yang menjijikan, kotor ataupun miskin.
Di luar semua itu, petani memegang kendali pangan seluruh bumi. Dengan alasan apapun, tidak pantas menyebut petani sebagai orang rendahan, kotor, menjijikan atau apaun yang merendahkan. Sebab tanpa petani, riwayat bumi selesai!