Kenapa Smart Farming Perlu Segera Dikembangkan di Indonesia

Kenapa-Smart-Farming-Perlu-Segera-Dikembangkan-di-Indonesia

Populasi dunia terus bertambah, Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan total penduduk di bumi mencapai 10 miliar jiwa pada 2050. Namun, pertambahan populasi itu berkurang dengan berkurangnya lahan pertanian dan pemanfaatan 70 persen air bersih untuk pertanian. Selain itu, perubahan iklim juga mengancam hasil panen petani di dunia.

Febi Agil Ifdillah, CEO Neurafarm perusahaan teknologi yang berbasis di Bandung mengatakan, tantangan pertanian di masa depan memaksa manusia melalui smart farming atau pintar pertanian.

“Hal terpenting menjadikan pertanian pintar sangat dibutuhkan yaitu meningkatkan banyak petani kehilangan hasil panen hingga 20 – 40 persen setiap tahunnya. Sementara jumlah tenaga penyuluh tidak sebanding dengan jumlah petani yang ada,” ujar Febi dalam “Digitalisasi Pertanian Membangkitkan Semangat Bertani Generasi Milenial” secara virtual, Rabu (1/9/2021).

Febi menyebutkan, jumlah petani di Indonesia mencapai 33 juta orang, didominasi petani usia tua. Sedangkan jumlah tenaga penyuluh pertanian hanya 35 ribu orang untuk membantu petani menghadapi masalah tanaman mereka di lahan.

“Banyak petani yang tidak sadar atau terlambat saat tanamannya bermasalah. Dan biasanya tingkat masalah dan penanganannya,” katanya.

Karena itu, kata Febi, pertanian pintar sangat dibutuhkan untuk menangani segala tantangan dan kendala petani di lapangan. Menurut dia, pertanian pintar merupakan sebuah konsep manajemen lahan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan meningkatkan kuantitas panen dan kualitas lahan serta efisiensi pekerjaan petani.

Dalam konsep pintar terdapat beberapa komponen yang meliputi sensor, software, konektivitas, posisi, robot dan analisis data. Sensor dapat berupa tanah, udara, cahaya, kelembaban, suhu dan lainnya yang berkaitan erat dengan budidaya tanaman.

Perangkat lunak pada pertanian pintar berupa aplikasi maupun sistem. Sementara komponen konektivitas dapat dilakukan secara seluler atau dengan long range (LoRa), sistem komunikasi nirkabel untuk Internet of Things (IoT) yang menawarkan komunikasi jarak jauh dan berdaya rendah.

Komponen posisi bisa berupa GPS atau satelit. Untuk robotik bisa berupa alat pertanian seperti traktor, drone dan berbagai fasilitas dalam proses budidaya tanaman maupun panen atau pascapanen. Sedangkan komponen analisis data terdiri dari data processing, data analytics, data pipelines dan insight.

“Terkait hal ini beberapa komponen pertanian pintar seperti drone, traktor, dan data farming ini akan saling berkisanmbungan untuk membuat pertanian yang lebih baik lagi,” pungkasnya.

Write a comment