Hasjrat Yanmar – Pernah mengalami masalah pengontrolan air saat bertani? Tentu banyak orang pernah mengalami. Misalkan tanaman padi. Kita tidak tahu secara pasti kapan padi butuh banyak air sehingga sawah perlu direndam, atau kapan padi tidak membutuhkan air sehingga sawah harus dikeringkan.

Selama ini, kita hanya mengikuti pola dan kebiasaan yang sudah terjadwal; setiap sekian hari lahan diairi atau dikeringkan. Mungkin kita sedikit melakukan riset tentang tanaman A membutuhkan air sekian liter per sekian hari, lalu dari data-data itu kita kembangkan menjadi satu pola budidaya standart ketika berurusan dengan tanaman A.

Padahal, data tersebut bisa saja tidak berlaku pada semua keadaan. Kondisi terka menerka ini menyebabkan pemborosan air. Di area dengan jumlah air melimpah nampaknya ini bukan satu persoalan serius, namun bagaimana dengan pertanian di daerah kekurangan air, bukankah ini suatu pemborosan? Pernah terbayang akankah ada teknologi yang bisa menghitung jumlah kebutuhan air tiap tanaman pada setiap kondisi dan langsung memberi signal kepada si petani sehingga tidak terjadi pemborosan penggunaan air?

Ya, teknologi itu sudah hadir. SupPlant, aplikasi berbasis smartphone ini jawabannya. Perusahaan AgroWebLab ™ telah melakukan pengujian lapangan dengan aplikasi ini dan berhasil menghemat air sebanyak 25%.

Secara teknis, cara kerja aplikasi ini cukup sederhana. Untuk megetahui kondisi tanaman, sensor ditempatkan pada batang, buah dan daun tanaman serta tanah. Sementara untuk cuaca, sebuah sensor cuaca terhubung dengan aplikasi untuk mengambil data angin, penyinaran matahari, suhu, kelembaban dan pengendapan.

Data-data itu akan dikombinasikan sehingga menghasilkan satu perhitungan jumlah kebutuhan air. Secara otomatis, pengontrol air bekerja berdasarkan perintah aplikasi. Tanaman akan mendapat asupan air sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, tidak ada air yang terbuang dengan percuma.